shutterstock_1329209570.jpg

Pentingkah Anak Cerdas Sosial di Era Digital

Generasi alphasudah bersentuhan dengan teknologi sejak usia dini. Kondisi ini membuat anak-anak Moms fasih dengan segala kecanggihan dan fasilitas yang ditawarkan sehingga sangat memudahkan keseharian mereka. Saat ini, melek teknologi merupakan salah satu kompetensi mendasar yang dibutuhkan agar bisa beradaptasi di abad ke-21. Namun, cukupkah hanya dengan itu?

Salah satu tantangan di era digital ini adalah anak cenderung lebih suka beraktivitas sendiri, lebih sering asyik sendiri dengan gadget-nya, dan tampak kesulitan membangun relasi sosial dengan orang-orang sekitar. Padahal, era digital hadir dengan membawa peluang besar untuk terciptanya kolaborasi antar berbagai belahan dunia. 

Jadi, meskipun era digital dapat membuat keterampilan sosial anak kurang terstimulasi, sesungguhnya di era inilah kecerdasan sosial sangat dibutuhkan, lebih dari sebelumnya, karena untuk mampu mengoptimalkan penggunaan teknologi, anak perlu memiliki kecerdasan sosial.

Di masa depan, anak harus bisa berkolaborasi dengan siapa pun dan dari belahan dunia mana pun. Oleh karena itu, anak perlu memahami cara berinteraksi secara tatap muka maupun secara on-line dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Selain itu, perlu ditanamkan kemampuan untuk bekerja sama dan bernegosiasidalam diri anak, termasuk kemampuan menyikapi situasi dengan tepat, baik ketika pro maupun kontra. Misalnya, bagaimana anak harus bersikap dan berkomunikasi dengan baik di sosial media. 

 

Apakah anak saya cerdassosial? 

Secara umum, orang yang cerdas sosial memiliki kemampuan untuk selalu peduli terhadap orang lain, peka terhadap kondisi orang lain, mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain, dan bersedia mengambil peran untuk membantu permasalahan orang lain. Ciri-ciri tersebut bukan tidak mungkin sudah tampak di usia putra-putri Moms saat ini, yang sedang duduk di bangku sekolah.

Untuk lebih detailnya, berikut perilaku yang menggambarkan cerminan cerdas sosial di usia sekolah: 

➢   Anak tertarik mengamati perilaku dan perubahan perilaku pada orang lain. Dalam kaitannya di era digital, anak bisa memahami perbedaan cara komunikasi seseorang dan mengenali perubahan emosi dalam komunikasi di dunia maya, misalnya saat bertukar pesan di media sosial. 

➢   Terbuka untuk belajar dari kelompok, baik dari kelompok bermainnya, kelompok di kelas, maupun lingkungan di rumah. 

➢   Tidak ragu untuk bertanya dan menceritakan pengalamannya. Hal ini juga bisa tampak saat anak berinteraksi di dunia maya, ia menunjukkan keberanian untuk bertanya atau mengklarifikasi suatu topik bahasan.

➢   Terampil dalam menempatkan diri dalam segala situasi. Pada situasi yang kurang nyaman, ia mampu menahan dirinya. Sementara di situasi lain, ia mampu tampil sebagai peramai suasana. 

➢   Tahu akan hal-hal yang membuat orang lain senang, sedih, atau marah. Di dunia maya, anak bisa memahami cara menulis pesan yang tidak melukai perasaan orang lain.

➢   Memberikan perhatian kepada orang lain.

➢   Memiliki banyak teman atau sahabat. 

➢   Sekalipun sedang berkonflik dengan orang lain, ia mudah untuk memaafkan, dan bersedia untuk meminta maaf ketika menyadari kesalahannya.

➢   Menunjukkan kebesaran hati untuk mendengarkan orang lain. Responsnya dalam menerima pujian maupun kritikan pun positif. 

➢   Menunjukkan sopan santun pada orang lain, baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau lingkungan yang lebih luas. Meskipun lewat media pesan on-line,anak memahami cara berkomunikasi secara sopan kepada orang lain terutama yang lebih tua.

➢   Bersedia mengambil peran untuk membantu permasalahan orang lain, misalnya secara sukarela membantu teman atau guru, percaya diri ketika diberikan tanggung jawab seperti menjadi ketua kelompok, dan mampu bekerja sama dengan baik di dalam kelompok.

 

Bagaimana kecerdasan sosial berkembang? 

Kecerdasan sosial anak tidak terlepas dari pengaruh lingkungan terdekatnya dalam mengajarkan tentang moral dan konsekuensi sosial. Anak belajar bersosialisasi dari interaksi sosial dalam kesehariannya. Anak yang cukup dekat dengan sentuhan personal, akan lebih terampil dalam mengenali kebutuhan, perasaan, ataupun keinginan diri dan orang lain. 

Pada usia dini, anak diajarkan pada tata karma. Di usia sekolah, anak perlu belajar mana yang benar dan mana yang salah. Kemudian, begitu anak bertambah besar, ia harus memahami mengapa sesuatu dianggap benar,sementara yang lain tidak. 

Dengan demikian, anak perlu banyak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya untuk melatih dirinya dalam konflik dan kerja sama. Anak akan belajar mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain, mempertahankan hubungan yang baik, serta menghindari penolakan kelompok dan celaan. Secara tidak langsung, anak harus belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia berada. 

Tentunya, dengan pembiasaan dan pendampingan yang penuh cinta kasih dari keluarga, anak akan semakin percaya diri dan yakin bahwa ia mampu menjadi teman yang baik bagi orang lain, baik di dunia nyata maupun dunia maya. 

(NDN/290319)

Subtopik: Mengenali kecerdasan interpersonal (10-12 tahun)

Kembangkan kreativitas mereka dengan seri proyek dan eksperimen DIY kami yang menyenangkan!

Read more articles